Akta Konferensi Umum MSC, yang diadakan di Roma pada 5 – 15 Oktober 1971, menyebutkan: “On October 6th, 1971, the General Conference erected the MSC Province of Indonesia. Consequently, Fr Hardjasoemarta is the first provincial superior of the new province.” Teks yang mendahului mengatakan: “Indonesia has been a Vice-Province, or Provincial Administration since 1961. The special Provincial Chapter held in June 1971 judged that the time had come to ask for the erection of the Indonesian Province. The number of native-born Indonesians has been steadily increasing: 32 priests, 21 brothers, 20 students. Furthermore, there are still many foreign-born MSC working in Indonesia (136). These are free to decide whether they become members of the new Province or remain members of their Province of origin” (Analecta MSC, N. IV, Anno LXIX – 1971, p. 322).
Berdirinya Provinsi MSC Indonesia tidak terjadi begitu saja. Ada sejarah panjang menuju pengakuan bahwa status sebagai Provinsi sudah layak disandang oleh MSC Indonesia. Sejak masuknya MSC di Indonesia pada 28 November 1903, yakni di Langgur, sampai 6 Oktober 1971, para MSC di Indonesia dihitung sebagai anggota Provinsi MSC Belanda. Dari Maluku MSC mulai berkembang ke wilayah-wilayah lain di Indonesia: Papua (14 Agustus 1905), Sulawesi yakni Manado pada 2 September 1920 dan serah terima dari SJ ke MSC pada 7 September 1920 (hampir 100 tahun lalu), keuskupan Purwokerto yakni Kutoarjo-Purworejo (24 Oktober 1927 atau 90 tahun lalu) dan Jakarta (1932), dan daerah-daerah lain. Sejak 1984 Provinsi Indonesia bermisi ke luar negeri, yang dimulai di Fiji dan terakhir ini di Kuba.
Pada tahun 1960 mulai dipikirkan persiapan untuk berdirinya Provinsi Indonesia. Dirasakan tidak mungkin untuk seterusnya pelayanan di wilayah-wilayah kerja di Indonesia bergantung pada MSC Belanda. Perlu digalakkan panggilan di kalangan orang-orang Indonesia sendiri. Lagipula, pada periode waktu ini jumlah misionaris yang diizinkan masuk dari luar negeri semakin dibatasi.
Dalam rapat antara para Uskup MSC Indonesia dan para Superior MSC bersama Pater General MSC, J. van Kerchoven dan asistennya P. J. Nouwens, di Purwokerto, pada Mei 1960, ditetapkan bahwa akan segera didirikan Quasi-Provinsi (Provinsi Administratif) MSC Indonesia. Pada pertengahan Agustus 1960 Pater Andreas Sol MSC diangkat menjadi Administrator Provinsi MSC Indonesia. Pada akhir Desember 1960 P. Sol meninggalkan Ambon menuju Jakarta dan pada 29 Januari 1961 beliau mulai menjalankan tugasnya sebagai Administrator Provinsi yang pertama, dengan didampingi oleh P. Hardjasoemarta dari Purwokerto sebagai Sekretaris, yang tiba di Jakarta pada 5 April 1961.
Pada 10 Desember 1963 P. Sol diangkat menjadi Uskup Pembantu keuskupan Amboina. Sementara itu P. Hardjasoemarta sangat dibutuhkan oleh Kantor Waligereja Indonesia dan mendapat tugas khusus sebagai penghubung antara Gereja dan Pemerintah dalam urusan Irian Barat sampai 1966. Sebagai Administrator Provinsi dipilihlah P. S. van Baars yang bertugas di Manado. Juga P. Lau Jotten msc diminta untuk menetap di Jakarta guna mengurusi hal-hal administrasi, khususnya di bidang keuangan.
Dalam pertemuan di Cibulan, 15 – 20 September 1968, pokok-pokok mengenai syarat-syarat berdirinya Provinsi baru dibahas, antara lain Dewan Provinsi dan hak-kewajibannya, relasi dengan para Uskup MSC di Indonesia, basis finansial, dsb. Dalam pertemuan ini dibuat juga pemungutan suara berkaitan dengan rencana pembentukan Provinsi MSC Indonesia. Dari 225 anggota MSC yang ada di Indonesia terdapat hasil berikut ini: 84 orang (37%) setuju, 20 orang (8%) tidak setuju dan 121 orang (54%) abstain atau tidak memberi suara. Walaupun demikian, dalam surat edaran, 24 Juni 1968, Pemimpin Umum MSC menyampaikan bahwa Administrator Provinsi MSC Indonesia diundang untuk menghadiri Kapitel Umum MSC di Roma pada September 1969. Ini merupakan suatu tanda positif.
Dalam Kapitel Provinsi Administratif MSC Indonesia pada 22 Juni – 8 Juli 1971 di Sindanglaya, Jawa Barat, diputuskan bahwa sudah tiba saatnya untuk mengajukan permohonan mendirikan Provinsi MSC Indonesia. Hal-hal yang menjadi pertimbangan adalah keadaan personalia, keuangan, sumber finansial dalam kerja sama dengan Provinsi Belanda. Kapitel menyatakan bahwa pembentukan Provinsi MSC Indonesia dapat dipertanggungjawabkan dan merupakan suatu sumbangan berharga untuk Gereja dan Tarekat MSC di Indonesia. Tentang keanggotaan diputuskan bahwa semua anggota MSC pribumi secara langsung atau dengan sendirinya menjadi anggota Provinsi MSC Indonesia, sedangkan para MSC yang berasal dari Belanda dan Provinsi lain, baik yang sudah menjadi WNI maupun yang tetap WNA, diberi pilihan untuk menjadi anggota MSC Provinsi Indonesia atau tetap pada Provinsi asalnya.
Pada bulan September 1971 diadakan perundingan dengan Provinsi MSC Belanda di Tilburg tentang perjanjian sehubungan dengan pembentukan Provinsi MSC Indonesia. Pada tanggal 6 Oktober 1971 Konferensi Umum MSC di Roma meresmikan beridrinya Provinsi MSC Indonesia dan sekaligus mengangkat P. P.S. Hardjasoemarta menjadi Pemimpin Provinsi MSC Indonesia yang pertama. Sejak saat itulah MSC Indonesia berdiri sendiri, mengatur hidup dan karya pelayanannya lepas dari Provinsi Belanda. Pada tanggal 24 Januari 1972, bertempat di Skolastikat MSC Pineleng, Pemimpin Provinsi Belanda dan Pemimpin Provinsi Indonesia menandatangani perjanjian tertulis atau kontrak kerja.
Oleh karena P. Hardjasoemarta diangkat menjadi Uskup Purwokerto pada 5 Januari 1974 maka P. J.S. Sukmana diangkat menjadi Pemimpin Provinsi. Demikian selanjutnya kepemimpinan Provinsi berganti sampai sekarang.
Sejak itu Kapitel-Kapitel Provinsi diadakan secara reguler, sekali dalam tiga tahun sampai Kapitel Provinsi 2011 di Ambon merobahnya menjadi enam tahun. Para pemimpin secara reguler mengadakan rapat Dewan Provinsi Lengkap dan Dewan Provinsi Harian. Aspek-aspek hidup dan perutusan MSC digumuli terus menerus yang semuanya bermuara pada identitas sebagai MSC.
Sambil menengok dan belajar dari sejarah kita terus melangkah ke depan sebagai Provinsi dengan jumlah anggota terbesar sedunia dan yang menuntut kualitas diri dan pelayanan. Ada banyak buah sukacita. Ada banyak tantangan kini dan ke depan. Ada banyak harapan terhadap Provinsi kita.
Konstitusi kita menegaskan: “Kita pun disemangati oleh anugerah Roh yang sama seperti yang diterima oleh Bapa Pendiri kita. Dalam kesatuan persaudaraan, kita menghayati iman kita akan cinta Allah yang berbelaskasih; serentak kita pun diutus ke dalam dunia untuk mewartakan Kabar Gembira tentang cinta dan kebaikan hati Allah, Penyelamat kita, dan untuk memberi kesaksian tentang hal itu dalam seluruh hidup kita” (Konstitusi MSC no. 4).
Kita memaknai penegasan Konstitusi ini dengan terus menggali dan mengembangkan identitas kita sebagai MSC, seperti diangkat dalam Kapitel Provinsi dan Umum, 2017:
Pater Chevalier berkata: “Yang dibutuhkan adalah orang-orang yang diresapi semangat doa dan semangat kerasulan, yang selalu siap sedia untuk menyerahkan segalanya, termasuk diri sendiri, demi kesejahteraan saudara-saudaranya. Para konfrater terkasih, marilah kita berusaha memiliki semangat seperti itu, agar kita sungguh-sungguh menjadi rasul-rasul Hati Kudus Yesus” (Jules Chevalier, 1900).-
J. Mangkey, msc